Melestarikan Nilai-nilai Pengabdian DR IL Nommensen

Saturday, 31 March 2007

Tobing.or.id, Jika ada pertanyaan, siapakah DR IL Nommensen? Tentu umumnya kita bisa menjawab, sekalipun dalam ukuran yang amat terbatas. Khususnya bagi kalangan masyarakat Batak, nama DR IL Nommensen begitu akrab. Namanya sangat harum. Tidak saja bagi mereka yang tinggal di Bonapasogit, tetapi juga yang ada di parserahan (perantauan). Maka tak heran, begitu banyak fasilitas publik yang memakai nama Nommensen. Nommensen dikenal sebagai apostel orang Batak. Dia hadir untuk menanamkan perubahan yang sangat mendasar bagi masyarakat Batak. Dia mengabdikan hidupnya bagi kehidupan masyarakat Batak, sekalipun ia harus melepas segala kemapanan yang diperolehnya di Jerman. Dia dengan perjuangan gigih mau berangkat dari kehidupan yang aman, hidup di negara yang maju, menuju kehidupan yang tak dikenalnya. Perjalanan jauh dari Jerman hingga sampai di Tanah Batak, bukan tanpa tantangan. Bahkan setelah sampai pun, tantangan yang lebih besar, juga mengiringi hidupnya. Tetapi apa yang kita saksikan kemudian, DR Ingwer Ludwig Nommensen tidak saja berperan besar dalam membawa perubahan kehidupan rohani namun juga kehidupan jasmani orang Batak. Dia membawa perubahan yang sangat besar dalam menuju suatu masyarakat yang merdeka, bebas dari ketertinggalan. Merdeka dari kungkungan ketertinggalan, merdeka dari kepercayaan animisme, dan kanibalisme. Merdeka dari kemiskinan dan kemelaratan. Sekarang kita boleh mengecap pendidikan tinggi, itu tidak terlepas dari perjuangan Nommensen. Sekarang kita boleh memiliki derajat kesehatan yang cukup baik serta menikmati fasilitas kesehatan yang ada juga tidak terlepas dari fondasi yang dibangunnya. Jika ditelusuri lebih mendalam dari literatur yang ada, bahkan Nommensen adalah apostel pertama yang membangun sistem perekonomian di tanah Batak. Dari sistem perekonomian rakyat yang tradisional dengan menata “onan” (pusat pasar) secara bergiliran dari satu kampung ke kampung yang lain. Dia dengan semangat tanpa lelah berkunjung dari daerah ke daerah yang lain. Akhirnya sekarang kita bisa menikmati hasil jerih lelah ratusan tahun yang lalu itu. Kecintaan Nommensen ke tanah Batak, sangat besar. Karena itu, kita tidak heran jika ia kemudian mengabdikan dirinya selama 56 tahun di tanah Batak. Bahkan ketika ia meninggal, sudah berpesan kepada keluarganya agar jangan dibawa ke Jerman, tetapi dia mau dimakamkan di Desa Sigumpar Nauli Kabupaten Toba Samosir. Ini bertolak belakang dengan kebanyakan tokoh orang Batak, yang hanya mau dikuburkan di tanah Batak, namun ia berkiprah di daerah lain. Di bidang pertanian, Nommensen juga membawa perubahan besar. Berkat gebrakan yang dibawanya, petani semakin semangat. Mereka pun kemudian mendapat sistem yang baru. Tidak lagi menggunakan sistem pertanian dengan lahan berpindah-pindah. Hasil produksi meningkat, rasa persaudaraan pun makin kokoh. Pengabdian Nommensen layak kita kenang. Layak kita refleksikan. Dan yang paling penting, layak kita lestarikan. Karena itu, jika sekarang ini ada gagasan untuk melakukan acara Napak Tilas perjalanan Nommensen, adalah satu rencana baik. Artinya, melalui acara ini, pikiran kita akan terbuka bagaimana perjalanan hidup Nommensen dalam melayani dari satu daerah ke daerah lain. Tetapi acara seremonial semata, tidaklah cukup. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana menghidupkan kembali semangat pengabdian Nommensen. Apa yang sudah dilakukan Nommensen, harus kita teladani. Bayangkan, dengan kegigihan, dia dalam menyelamatkan daerah Batak (terutama manusianya) dari segala macam ketertinggalan. Padahal, ia sama sekali tidak memiliki hubungan apapun sebelumnya dengan Tanah Batak. Nommensen hadir sebagai pahlawan bagi masyarakat Batak. Pahlawan yang mengusir segala macam belenggu yang mentradisi. Sekarang kita sudah memperoleh berbagai macam kemajuan. Sekarang kita sudah mengecap berbagai fasilitas yang tersedia. Sekarang kita sudah memiliki kepercayaan yang kepada Tuhan. Maka sudah selayaknyalah kita merajut kembali semangatnya, pengabdiannya, dan kegigihannya. (*)